:)

:)

Rabu, 16 Desember 2015

MAKALAH PEMBELAJARAN KOOPERTIF TIPE TAI ( TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION )



MAKALAH PEMBELAJARAN KOOPERTIF
TIPE TAI ( TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION )

Oleh :
Ø Tri Mulyaningsih                            13030654045
Ø Yasinta Kuswinarto                      13030654058
Ø Prasetyarini Mustikaratri   13030654071
Ø Putri Irawati                                   13030654080
Pendidikan Sains B 2013
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABYA
2014


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Suatu kebiasaan yang sejak dulu ada di dalam kelas hingga saat ini adalah siswa yang pandai pasti akan mempergunakan kepandaiannya untuk dirinya sendiri tanpa peduli yang lain. Sebaliknya siswa yang kurang pandai biasanya akan menggantungkan dirinya pada yang pandai. Bukan untuk meminta agar diajari tetapi untuk sekedar menyontek saja tanpa memahami ilmu atau pelajarannya. Ketika siswa yang pandai enggan memberi mereka contekan maka mereka akan marah dan yang pandai akan mereka musuhi. Kalau sudah begini, maka akan terjadi perpecahan dikelas. Sebenarnya siapa yang salah diantara dua kelompok ini? Pada dasarnya mereka sama-sama salah, pertama karena si pandai tidak mau berbagi ilmu agar si kurang pandai bisa lebih memahami apa yang disampaikan guru, sehingga si kurang pandai tidak akan menyontek karena sudah paham. Kesalahan kedua karena si kurang pandai tidak memahami aturan, tes yang harusnya dikerjakan individu mereka malahan meminta contekan atau bantuan dari orang lain. Terus bagaimana untuk menghadapi hal ini?
Mari kita telaah lebih mendalam, kebanyakan dalam proses pembelajaran guru lebih sering menggunakan model pembelajaran konvensional yang akan menjadikan guru sebagai pusat informasi yang mentransfer informasi-informasi tersebut langsung kepada setiap individu. Sehingga tingkat keberhasilannya pun dibebankan ke tiap-tiap individu. Padahal keberhasilan seorang siswa dalam menyerap informasi sesungguhnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal yakni kemampuan dari siswa itu sendiri dalam menangkap informasi, motivasi, keaktifan siswa dalam belajar dan sebagainya. Factor dari luar di antaranya yakni model pembelajaran itu sendiri. Dalam hal ini pembelajaran kooperatif kami anggap merupakan alternative yang sangat tepat. Kerena siswa dituntutuntuktidak individualis namun harus mampu kerjasama dalam kelompok,. Disini yang pandai berkewajiban mengajari yang kurang pandai dan yang kurang pandai wajib meminta penjelasan dari yang pandai, tidak hanya menyontek saja. Sehingga tidak ada lagi istilah yang pandai semakin pandai dan yang bodoh semakin bodoh, namun adanya adalah istilah saling membantu atau kerjasama. Dengan pembelajaran kooperatif juga, siswa akan menjadi lebih aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B.     Tujuan
Mengetahui cara untuk membuat siswa menjadi lebih aktif saat pembelajaran
Mengetahui langkah-langkah pembelajaran kooperatif
C.     Rumusan Masalah
Bagaimana mengubah pembelajaran yang berpusat kepada guru ke pengelolaan siswake dalam kelompok kecil?
Bagaimana langkah-langkah pembelajaran kooperatif?
D.    Manfaat
a.    Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana mengubah cara pembelajaran yang berpusat kepada guru menjadi berpusat pada siswa itu sendiri.
b.    Mahasiswa dapat mengetahui langkah-langkah pembeajaran kooperatif.






BAB II
KAJIAN TEORI

A.Pembelajaran Kooperatif
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembela jaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembel ajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong menolong dalam perilaku sosial.
·      Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (
intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut :
A .guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
B .agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
C .selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
D .saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
·      Tipe- tipe Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai macam tipe, yaitu Student Teams Achievement Division (STAD),Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II,Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC),Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

A.   Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

·         Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

       Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
       Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
            Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Menurut Slavin (dalam Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan. Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok.
d. Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan pembelajaran kooperatif metode STAD.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama. Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.

·         Setting Kelas
Pembelajaran efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasan yang menggairakan. Untuk itu diperlukan setting kelas, sebelum menyampaikan materi siswa dibentuk kelompok yang heterogen. Guru membagi siswa berkelompok misal siswanya 40 siswa, maka dibagi menjadi 10 kelompok. Setelah dikelompokkan dan diberi nama kelompok, diatur tempatnya dengan menggabungkan 2 meja untuk 1 kelompok dan duduk saling berhadapan antar anggota kelompoknya.

·         Sintaks Model Pembelajaran STAD
Menurut Maidiyah (1998: 7-13) langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan (lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok siswa merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah kelompok
Setiap kelompok sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.
Untuk menentukan berapa banyak kelompok yang dibentuk,
bagilah banyaknya siswa dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan dibentuk.
c) Membagi siswa dalam kelompok
Dalam melakukan hal ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar rangkuman kelompok
isikan nama-nama siswa dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa. Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar anggota kelompok.
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru, kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan, pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
Dalam presentasi kelas, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran. 
b) Guru menekankan bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami makna, bukan hafalan.
c) Guru memeriksa pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja dalam kelompok, yaitu:
a)              Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
b) Tidak seorang pun siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan guru adalah:
a) Guru meminta siswa berkelompok dengan teman sekelompoknya.
b) Guru memberikan lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
3) Guru melakukan pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok berdiskusi.
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
e. Penghargaan Kelompok

1) Menghitung skor individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
2) Menghargai hasil belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
f.  Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama kepada siswa
   Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode STADSetiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengancooperative learning. Menurut Slavin dalam Hartati (1997:21)cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda etnis.

Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal ataucacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Sedangkan keuntungan model pembelajaran kooperatif metode STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut :
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama.
d. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama

Menurut Slavin dalam Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
b. Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.


B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LT (Learning Together)
Slavin (2008) mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).
Model yang mereka teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas. Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan pada empat unsur yakni :
(1)   Interaksi tatap muka : para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai lima siswa.
(2)   Interdependensi positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
(3)   Tanggung jawab individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.
(4)   Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya (Slavin,2008).
Pada pembelajaran kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing kelompok harus bisa memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika hasil tersebut belum maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka harus meningkatkan kinerja kelompoknya.
·         Setting Kelas
Mengatur tempat duduk siswa, dimana 1 kelompok terdiri dari 5 siswa. Siswa dapat berdiskusi dengan berhadap-hadpan dengan anggtota kelompok. Tempat duduk siswa diletakkan berhadap-hadapan.
·         Sintaks Model Pembelajaran LT (Learning Together)
(1)     Guru menyajikan pelajaran.
(2)     Membentuk kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
(3)     Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan  menyelesaikannya.
(4)     Beberapa kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
(5)     Pemberian pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Bentuk penghargaan yang diberikan kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan   (Slavin, 2008).




Kelebihan model pembelajaran Learning Together
  • Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi oleh guru.
  • Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama (learning together).
  • Siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
  • Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
  • Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan pendekatan salingtemas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan masyarakat.

Kekurangan/kelemahan model pembelajaran Learning Together
  • Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi.
  • Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.
  • Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok.
Penghargaan yang diberikan kepada kelompok dalam model pembelajaran Learning Together didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan   (Slavin, 2008).
.C.  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation (GI)
                                                         
·         Pengertian Group investigation
Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model  group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007: 7).  Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.
Eggen & Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat



disimpulkan bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus.
·         Ciri-Ciri Model Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:

1.         Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
2.         pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
3.         pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.
4.         adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
5.         pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif, kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.
·         Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation
Sharan (dalam Supandi, 2005: 6) mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai  berikut.
  1. Guru  membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
  2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.
  3. Guru  memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil  materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
  4. Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara  kooperatif dalam kelompoknya.
  5. Setelah selesai, masing-masing  kelompok yang diwakili ketua kelompok  atau salah  satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
  6. Kelompok lain  dapat memberikan tanggapan  terhadap hasil pembahasannya.
  7. Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila  terjadi kesalahan  konsep dan memberikan kesimpulan.
  8. Evaluasi
·         Kelebihan Model Group Investigation
Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:
Setiawan (2006:9) mendeskripsikan beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1)     Secara Pribadi
Ø  Dalam proses belajarnya dapat bekerja secara bebas
Ø  Memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
Ø  Rasa percaya diri dapat lebih meningkat
Ø  Dapat belajar untuk memecahkan, menangani suatu   masalah
Ø  Mengembangkan antusiasme dan rasa pada fisik
2)     Secara Sosial a)meningkatkan belajar bekerja sama
Ø  Belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun   guru
Ø  Belajar berkomunikasi yang baik secara sistematis
Ø  Belajar menghargai pendapat orang lain
Ø  Meningkatkan partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3)     Secara Akademis
Ø  Siswa terlatih untuk mempertanggungjawabkan  jawaban yang diberikan
Ø  Bekerja secara sistematis
Ø  Mengembangkan dan melatih keterampilan fisika dalam  berbagai bidang
Ø  Merencanakan dan mengorganisasikan pekerjaannya
Ø  Mengecek kebenaran jawaban yang mereka buat
Ø  Selalu berfikir tentang cara atau strategi yang   digunakan sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
                                                                                                                                                                                                                
·         Kelemahan Model Group Investigation

Model Pembelajaran Group Investigation selain memiliki kelebihan juga terdapat beberapa kekurangannya, yaitu:
a)   Sedikitnya materi yang tersampaikan pada satu kali pertemuan
b)  Sulitnya memberikan penilaian secara personal
c)   Tidak semua topik cocok dengan model pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami sendiri
d)   Diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif
e)   Siswa yang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan, 2006:9).

D.  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a)      Siswa Bekerja Dalam Kelompok- Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
b)      Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini dimulai dengan memberitahuakan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama,setiap pemain dalam tiap meja menentukan dahulu pembaca soal dan pemain pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapai oleh penantang searah jarum jam.setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.
c)      Penghargaan kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh
·         KOMPONEN UTAMA DALAM TGT
Terdapat  5 komponen utama dalam TGT, yaitu :
1.      Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena  akan membentu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.      Kelompok (team)
Kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa tau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan lebih baik dan optimal pada saat game
3.      Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang di dapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4.      Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan dalam satu meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5.      Team Recognize (penghargaan kekompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi criteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.

·         KELEMAHAN DAN KELEBIHAN TGT
Metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain :
1)      Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2)      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3)      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4)      Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5)      Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6)      Motivasi belajar lebih tinggi
7)      Hasil belajar lebih baik
8)      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1)      Bagi guru
Ø  Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
Ø  Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh
2)       Bagi siswa
Ø  Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

E.       Model Pembelajaran Kooperatif  Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswaa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.
Pembelajran kooperatif team assisted individualization, merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok atau tim. Karena dalam bekerja sama sabagai usaha untuk menyelesaikan masalah, memberi dorongan untuk maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai makhluk sosial sudah selayaknya untuk saling tolong menolong.
Dalam model pembelajaran team assisted individualization, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 6 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekeja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.
Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Hal itu mengingat pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
Tujuan model pembelajaran kooperatif team assisted individualization adalah:
1.      Meminimalkan keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2.      Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3.      Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat.
4.      Para siswa dapat melakukan pengecekan satu sama lain.

Penyusunan Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Kelompok heterogen digunakan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction) karena beberapa alasan, yaitu :
  • Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar melalui tutor sebaya (peer tutoring) dan saling mendukung
  • Kelompok heterogen meningkatkan hubungan dan interaksi antar siswa walaupun berbeda ras, agama, etnik, dan gender
  • Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena pada setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus, dengan demikian secara tidak langsung guru mendapatkan asisten-asistem mengajar untuk siswa-siswa lain yang berada di dalam kelompok yang sama. Kunci model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Team Assisted Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman.

Langkah-Langkah (Tahapan) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Model pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu :
1)      Placement Test
Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test) kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

2)      Teams

merupakan langkah yang cukup penting dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4 - 5 siswa.
3)      Teaching Group
Guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok.
4)      Student Creative
Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

5)      Team Study

Pada tahapan team study siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).

6)      Fact test

Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis, dsb..

7)      Team Score dan Team Recognition

Selanjutnya guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.
8)      Whole-Class Units
Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru kembali diakhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.
*      Kelebihan Model pembelajaran kooperatif tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada guru, siswa kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik, yaitu:
  • Siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
  • Siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran.
  • Tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda
  • Siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru, tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi
  • Guru setidaknya hanya menggunakan setengah dari waktu mengajarnya sehingga akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu.
  • siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya.
  •  adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya.
  • siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.


*      Kelemahan Pembelajaran Tipe TAI
Adapun kelemahan dari pembelajaran tipe TAI adalah:
§  tidak ada persaingan antar kelompok.
§  siswa yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization (Robert E. Slavin: 1995) adalah sebagai berikut:
a)      Team (kelompok)
Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda.
b)      Tes Penempatan
Peserta didik diberi pre tes di awal pertemuan, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan anggota yang heterogen (memiliki kemampuan berbeda) dalam kelompok.

Langkah-langkah Pembelajaran:
1.      Diawali dengan pengenalan konsep oleh guru dalam mengajar secara kelompok (diskusi singkat) dan memberikan langkah-langkah cara menyelesaikan masalah atau soal.
2.      Pemberian tes keterampilan yang terdiri dari 10 soal.
3.      Pemberian tes formatif yang terdiri dari dua paket soal, tes formatif A dan tes formatif B, masing-masing terdiri dari 8 soal.
4.      Pemberian tes keseluruhan yang terdiri dari 10 soal.
5.      Pembahasan untuk tes keterampilan, tes formatif, dan tes keseluruhan.

Ø  Belajar Kelompok
Berdasarkan tes penempatan, guru mengajarkan pelajaran pertama,kemudian peserta didik bekerja pada kelompok mereka masing masing. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Peserta didik berpasangan atau bertiga dengan anggota kelompok mereka.
b.      Peserta didik diberi Lembar Kerja Siswa (LKS) pembelajaran yang disiapkan guru untuk diskusi sebagai pemahaman konsep materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan bertanya pada teman sekelompok atau guru untuk minta bantuan jika mengalami kesulitan. Selanjutnya dimulai dengan tes pertama yaitu tes keterampilan.
c.       Masing-masing peserta didik dengan kemampuannya sendiri mengerjakan 3 soal tes keterampilan yang pertama, bila sudah selesai, peserta didik boleh melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu sudah selesai baru melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang mengalami kesulitan bisa meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan guru.
d.      Apabila sudah bisa menyelesaikan soal tes keterampilan dengan benar, peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan tes formatif A yang terdiri dari 8 soal. Dalam tes ini peserta didik juga bekerja sendiri-sendiri dulu sampai selesai. Jika peserta didik dapat mengerjakan 6 soal dengan benar, maka peserta didik tersebut bisa mengambil soal tes keseluruhan. Jika peserta didik tidak bisamenjawab 6 soal dengan benar, guru merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki peserta didik. Guru boleh menyuruh peserta didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor soal tes
keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A. Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes formatif dengan kelompoknya.
e.        Peserta didik kemudian mengikuti tes keseluruhan. Tes ini merupakan tes terakhir dalam model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), yang terdiri dari 10 soal. Di sini peserta didik juga bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah selesai baru bisa berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes keseluruhan ini selesai kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama antara guru dan peserta didik.
f.       Penilaian kelompok
Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai dari masing-masing kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari tes keseluruhan. Kriteria pemberian predikat berdasarkan kemampuan kelompok. Kelompok dengan kemampuan bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan kemampuan sedang diberi predikat Great Team, kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat Good Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi dan member semangat kepada masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaran selanjutnya mau berusaha untuk melakukan yang lebih baik lagi.
g.      Mengajar kelompok
Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15 menit untuk dua atau tiga kelompok yang mempunyai nilai yang sama. Guru menggunakan konsep belajar yang diprogramkan atau direncanakan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama pada peserta didik. Pembelajaran dibuat untuk membantu peserta didik agar mengerti dan memahami hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan masalah kehidupan nyata. Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok, peserta didik lain melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri dengan kemampuan individu masing-masing.

v  Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Team Assisted Individualization Adalah:
1.      Kesulitan yang dialami siswa dapat dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru.
2.      Siswa yang memiliki kekurangan secara akademis di bantu oleh siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih.
3.      Tejadi interaksi sosial antar kelompok, dengan adanya keja sama tiap anggota kelompok siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
4.      Pembelajaran team assisted individualization, membuat para siswa mengejakan sebagian tugasnya sehingga meringankan beban guru.
F.        Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yang bertujuan mengurangi konflik antar siswa, merangsang kegiatan belajar yang lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan kepuasan pengalaman belajar. Teknik jigsaw pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh Elliot Aronson dan mahasiswa-mahasiswanya di University of Texas dan University of California. Sejak saat itu, ratusan sekolah telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan sukses.
Strategi jigsaw adalah startegi pembelajaran kooperatif yang telah tercatat selama lebih dari tiga puluh tahun berhasil mengurangi konflik rasial dan meningkatkan hasil pendidikan secara positif di Amerika. Pada strategi ini, setiap siswa memegang peran penting untuk penyelesaian tugas dan pemahaman pembelajaran. Oleh karena semua siswa memiliki peran penting inilah yang membuat strategi model pembelajaran kooperatif ini menjadi sangat efektif.
Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
*      Tujuan dari pembelajaran Jigsaw adalah:
1.      meningkatkan hasil belajar
2.      meningkatkan daya ingat
3.      menumbuhkan motivasi intrinsik
4.      meningkatkan sikap positif siswa terhadap sekolah
5.      meningkatkan sikap positif siswa terhadap guru
6.      meningkatkan perilaku penyesuaian sosial
7.      meningkatkan keterampilan bergotong royong.

*      Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
1.      Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang
2.      Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda.
3.      Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
4.      Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
5.       Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.
6.      Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya.
7.      Tiap kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
8.      Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.
9.      Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
10.  Penutup

*      Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Jigsaw
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
·         Mendorong siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab terhadap proses belajar yang dilakukannya.
·         Mendorong siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
·         Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru.
·          Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
·         Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
·         Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
·         Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi kelemahan aplikasi model ini di lapangan, yaitu:
§  Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer teaching’, pembelajran oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
§  Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
§  Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
§  Proses belajar mengajar (PBM) membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.
§  Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok  membutuhkan penanganan yang berbeda.
§  Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam kelas.
b.      Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang menjadi tugass mereka.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
a)      Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
b)      Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c)      Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d)     Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
v  Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw:
jigsaw adalah cara yang sangat efisien untuk mempelajari materi pelajaran. Proses jigsaw juga mendorong siswa untuk mendengarkan, terlibat aktif, dan berempati dengan memberikan kesempatan kepada setiap anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik. Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan bersama, setiap orang tergantung pada orang  lain. Tidak ada siswa dapat berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja dengan baik bersama-sama sebagai sebuah tim. Jigsaw adalah bentuk kerjasama yang didesain untuk memfasilitasi interaksi antar semua siswa di kelas, membimbing mereka untuk menghargai satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Tujuan Model Pembelajaran TAI:
·      Meminimalkan keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
·      Guru setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
·      Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat.
·      Para siswa dapat melakukan pengecekan satu sama lain.
3.2 Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif tipe TAI
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif TAI adalah teori belajar konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentranspormasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu ( Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15) dalam Rusman ( 2011: 201). Menurut Slavin ( 2007), pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah konstruktivisme. Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan membangkitkan potensi siswa, menumbukan aktivitas dan daya cipta ( kreativitas ), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.
Pembelajran kooperatif team assisted individualization, merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok atau tim. Karena dalam bekerja sama sabagai usaha untuk menyelesaikan masalah, memberi dorongan untuk maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai makhluk sosial sudah selayaknya untuk saling tolong menolong.
3.3 Setting Kelas
            Guru memberikan pree test untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Setelah guru mengetahui kemampuan masing-masing siswa, guru membagi kelompok secara heterogen. Siswa berkumpul dengan kelompoknya membentuk sebuah lingkaran, antara anggota satu dengan yang lainnya saling berhadap-hadapan.

3.4 Sintaks pembelajaran TAI:
9)      Placement Test
Pada langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test) kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.

10)  Teams

merupakan langkah yang cukup penting dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TAI. Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang terdiri dari 4 - 5 siswa.
11)  Teaching Group
Guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok.
12)  Student Creative
Pada langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

13)  Team Study

Pada tahapan team study siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).

14)  Fact test

Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis, dsb..

15)  Team Score dan Team Recognition

Selanjutnya guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar” penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.
16)  Whole-Class Units
Langkah terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru kembali diakhir bab dengan strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.

3.5 Contoh Pembelajaran IPA Menggunakan Model TAI
Guru membagi kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. Guru menyampaikan materi metamorfosis dan metagenesis secara singkat. Sebelum menyampaikan tugas kelompok. Guru menyampaikan bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh kelompok.
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Individu yang tidak mampu dibantu dengan siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih didalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
Dari belajar kelompok tersebut, guru memberikan kuis. Selanjutnya guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan juga memberikan penghargaan. Langkah terakhir guru menyampaikan kembali materi yang telah diberikan pada tugas kelompok dan mengevaluasinya.




BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization ) termasuk teori belajar kontruktivisme. Pembentukan kelompok pada model pembelajaran ini secara heterogen.  Pembelajran kooperatif team assisted individualization, merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok atau tim. Karena dalam bekerja sama sabagai usaha untuk menyelesaikan masalah, memberi dorongan untuk maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai makhluk sosial sudah selayaknya untuk saling tolong menolong.















DAFTAR PUSTAKA
·       
·         karwapi (2012) manfaat-dan-keterbatasan-model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning (Tersedia) [online] http://.wordpress.com
·         eko (2011) model-pembelajaran-group-investigation (tersedia) [online] http.blogspot.com.
·         Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 
·         www.jigsaw.org
http://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-cooperative-learning-30599.html










Tidak ada komentar:

Posting Komentar