MAKALAH PEMBELAJARAN KOOPERTIF
TIPE TAI ( TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION )
Oleh :
Ø Tri Mulyaningsih 13030654045
Ø Yasinta Kuswinarto 13030654058
Ø Prasetyarini Mustikaratri 13030654071
Ø Putri Irawati 13030654080
Pendidikan Sains B 2013
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABYA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Suatu kebiasaan
yang sejak dulu ada di dalam kelas hingga saat ini adalah siswa yang pandai
pasti akan mempergunakan kepandaiannya untuk dirinya sendiri tanpa peduli yang
lain. Sebaliknya siswa yang kurang pandai biasanya akan menggantungkan dirinya
pada yang pandai. Bukan untuk meminta agar diajari tetapi untuk sekedar
menyontek saja tanpa memahami ilmu atau pelajarannya. Ketika siswa yang pandai
enggan memberi mereka contekan maka mereka akan marah dan yang pandai akan
mereka musuhi. Kalau sudah begini, maka akan terjadi perpecahan dikelas.
Sebenarnya siapa yang salah diantara dua kelompok ini? Pada dasarnya mereka
sama-sama salah, pertama karena si pandai tidak mau berbagi ilmu agar si kurang
pandai bisa lebih memahami apa yang disampaikan guru, sehingga si kurang pandai
tidak akan menyontek karena sudah paham. Kesalahan kedua karena si kurang
pandai tidak memahami aturan, tes yang harusnya dikerjakan individu mereka
malahan meminta contekan atau bantuan dari orang lain. Terus bagaimana untuk
menghadapi hal ini?
Mari kita telaah
lebih mendalam, kebanyakan dalam proses pembelajaran guru lebih sering menggunakan
model pembelajaran konvensional yang akan menjadikan guru sebagai pusat
informasi yang mentransfer informasi-informasi tersebut langsung kepada setiap
individu. Sehingga tingkat keberhasilannya pun dibebankan ke tiap-tiap
individu. Padahal keberhasilan seorang siswa dalam menyerap informasi
sesungguhnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu factor internal dan factor
eksternal. Factor internal yakni kemampuan dari siswa itu sendiri dalam
menangkap informasi, motivasi, keaktifan siswa dalam belajar dan sebagainya.
Factor dari luar di antaranya yakni model pembelajaran itu sendiri. Dalam hal
ini pembelajaran kooperatif kami anggap merupakan alternative yang sangat
tepat. Kerena siswa dituntutuntuktidak individualis namun harus mampu kerjasama
dalam kelompok,. Disini yang pandai berkewajiban mengajari yang kurang pandai
dan yang kurang pandai wajib meminta penjelasan dari yang pandai, tidak hanya
menyontek saja. Sehingga tidak ada lagi istilah yang pandai semakin pandai dan
yang bodoh semakin bodoh, namun adanya adalah istilah saling membantu atau
kerjasama. Dengan pembelajaran kooperatif juga, siswa akan menjadi lebih aktif
dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.
B.
Tujuan
Mengetahui
cara untuk membuat siswa menjadi lebih aktif saat pembelajaran
Mengetahui
langkah-langkah pembelajaran kooperatif
C.
Rumusan Masalah
Bagaimana
mengubah pembelajaran yang berpusat kepada guru ke pengelolaan siswake dalam
kelompok kecil?
Bagaimana
langkah-langkah pembelajaran kooperatif?
D.
Manfaat
a. Mahasiswa
mampu mengetahui bagaimana mengubah cara pembelajaran yang berpusat kepada guru
menjadi berpusat pada siswa itu sendiri.
b. Mahasiswa
dapat mengetahui langkah-langkah pembeajaran kooperatif.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.Pembelajaran Kooperatif
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembela jaran yang telah dirumuskan. Slavin
dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang
khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama
proses pembel ajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan
meningkatkan sikap saling tolong menolong dalam perilaku sosial.
· Kelemahan
Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan
pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (
intern) dan faktor dari luar
(ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut :
A .guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran dan waktu;
B .agar proses pembelajaran berjalan
dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai;
C .selama kegiatan diskusi kelompok
berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
D .saat diskusi kelas, terkadang
didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
·
Tipe- tipe Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai macam tipe, yaitu Student Teams Achievement
Division (STAD),Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II,Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC),Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation,
Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.
A. Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
·
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas
John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru
yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.
Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat
kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai
pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu
dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan
pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan
STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan
presentasi Verbal atau teks.
Menurut Slavin (dalam
Noornia, 1997: 21) ada lima komponen utama dalam pembelajaran kooperatif metode
STAD, yaitu:
a. Penyajian Kelas
Penyajian kelas merupakan penyajian materi
yang dilakukan guru secara klasikal dengan menggunakan presentasi verbal atau
teks. Penyajian difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang dibahas. Setelah
penyajian materi, siswa bekerja pada kelompok untuk menuntaskan materi
pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi.
b. Menetapkan siswa dalam kelompok
Kelompok menjadi hal
yang sangat penting dalam STAD karena didalam kelompok harus tercipta suatu
kerja kooperatif antar siswa untuk mencapai kemampuan akademik yang diharapkan.
Fungsi dibentuknya kelompok adalah untuk saling meyakinkan bahwa setiap anggota
kelompok dapat bekerja sama dalam belajar. Lebih khusus lagi untuk
mempersiapkan semua anggota kelompok dalam menghadapi tes individu. Kelompok
yang dibentuk sebaiknya terdiri dari satu siswa dari kelompok atas, satu siswa
dari kelompok bawah dan dua siswa dari kelompok sedang. Guru perlu
mempertimbangkan agar jangan sampai terjadi pertentangan antar anggota dalam
satu kelompok, walaupun ini tidak berarti siswa dapat menentukan sendiri teman
sekelompoknya.
c. Tes dan Kuis
Siswa diberi tes individual setelah
melaksanakan satu atau dua kali penyajian kelas dan bekerja serta berlatih
dalam kelompok. Siswa harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka
nantinya akan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan
kelompok.
d. Skor peningkatan individual
Skor peningkatan individual berguna untuk
memotivasi agar bekerja keras memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan hasil sebelumnya. Skor peningkatan individual dihitung berdasarkan skor
dasar dan skor tes. Skor dasar dapat diambil dari skor tes yang paling akhir
dimiliki siswa, nilai pretes yang dilakukan oleh guru sebelumnya melaksanakan
pembelajaran kooperatif metode STAD.
e. Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok
dilakukan dengan memberikan penghargaan atas usaha yang telah dilakukan
kelompok selama belajar. Kelompok dapat diberi sertifikat atau bentuk
penghargaan lainnya jika dapat mencapai kriteria yang telah ditetapkan bersama.
Pemberian penghargaan ini tergantung dari kreativitas guru.
·
Setting Kelas
Pembelajaran
efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasan yang
menggairakan. Untuk itu diperlukan setting kelas, sebelum menyampaikan materi
siswa dibentuk kelompok yang heterogen. Guru membagi siswa berkelompok misal
siswanya 40 siswa, maka dibagi menjadi 10 kelompok. Setelah dikelompokkan dan
diberi nama kelompok, diatur tempatnya dengan menggabungkan 2 meja untuk 1
kelompok dan duduk saling berhadapan antar anggota kelompoknya.
·
Sintaks Model
Pembelajaran STAD
Menurut Maidiyah (1998: 7-13)
langkah-langkah pembelajaran kooperatif metode STAD adalah sebagai berikut:
a. Persiapan STAD
1) Materi
Materi pembelajaran
kooperatif metode STAD dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara
kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran, dibuat lembar kegiatan
(lembar diskusi) yang akan dipelajari kelompok kooperatif dan lembar jawaban
dari lembar kegiatan tersebut.
2) Menetapkan siswa dalam
kelompok
Kelompok siswa
merupakan bentuk kelompok yang heterogen. Setiap kelompok beranggotakan 4-5
siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Bila
memungkinkan harus diperhitungkan juga latar belakang, ras dan sukunya. Guru
tidak boleh membiarkan siswa memilih kelompoknya sendiri karena akan cenderung
memilih teman yang disenangi saja. Sebagai pedoman dalam menentukan kelompok
dapat diikuti petunjuk berikut (Maidiyah, 1998:7-8):
a) Merangking siswa
Merangking siswa berdasarkan
hasil belajar akademiknya di dalam kelas. Gunakan informasi apa saja yang dapat
digunakan untuk melakukan rangking tersebut. Salah satu informasi yang baik
adalah skor tes.
b) Menentukan jumlah
kelompok
Setiap kelompok
sebaiknya beranggotakan 4-5 siswa.
Untuk menentukan berapa
banyak kelompok yang dibentuk,
bagilah banyaknya siswa
dengan empat. Jika hasil baginya tidak bulat, misalnya ada 42 siswa, berarti
ada delapan kelompok yang beranggotakan empat siswa dan dua kelompok yang
beranggotakan lima siswa. Dengan demikian ada sepuluh kelompok yang akan
dibentuk.
c) Membagi siswa dalam
kelompok
Dalam melakukan hal
ini, seimbangkanlah kelompok- kelompok yang dibentuk yang terdiri dari siswa
dengan tingkat hasil belajar rendah, sedang hingga hasil belajarnya tinggi
sesuai dengan rangking. Dengan demikian tingkat hasil belajar rata- rata semua
kelompok dalam kelas kurang lebih sama.
d) Mengisi lembar
rangkuman kelompok
isikan nama-nama siswa
dalam setiap kelompok pada lembar rangkuman kelompok (format perhitungan hasil
kelompok untuk pembelajaran kooperatif metode STAD).
3) Menentukan Skor Awal
Skor awal siswa dapat
diambil melaluiPre Test yang dilakukan guru sebelum pembelajaran kooperatif
metode STAD dimulai atau dari skor tes paling akhir yang dimiliki oleh siswa.
Selain itu, skor awal dapat diambil dari nilai rapor siswa pada semester
sebelumnya.
4) Kerja sama kelompok
Sebelum memulai pembelajaran kooperatif, sebaiknya diawali dengan
latihan-latihan kerja sama kelompok. Hal ini merupakan kesempatan bagi setiap
kelompok untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan saling mengenal antar
anggota kelompok.
5) Jadwal Aktivitas
STAD terdiri atas lima
kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu penyampaian materi pelajaran oleh guru,
kerja kelompok, tes penghargaan kelompok dan laporan berkala kelas.
b. Mengajar
Setiap pembelajaran
dalam STAD dimulai dengan presentasi kelas, yang meliputi pendahuluan,
pengembangan, petunjuk praktis, aktivitas kelompok, dan kuis.
Dalam presentasi kelas,
hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
1) Pendahuluan
a) Guru menjelaskan
kepada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting untuk
memunculkan rasa ingin tahu siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi
teka-teki, memunculkan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi dalam
kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
b) Guru dapat menyuruh
siswa bekerja dalam kelompok untuk menentukan konsep atau untuk menimbulkan
rasa senang pada pembelajaran.
2) Pengembangan
a) Guru menentukan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran.
b) Guru menekankan
bahwa yang diinginkan adalah agar siswa mempelajari dan memahami makna, bukan
hafalan.
c) Guru memeriksa
pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
d) Guru menjelaskan
mengapa jawabannya benar atau salah.
e) Guru melanjutkan
materi jika siswanya memahami pokok masalahnya.
3) Praktek terkendali
a) Guru menyuruh siswa
mengajarkan soal-soal atau jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
b) Guru memanggil siswa secara acak untuk
menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal yang diajukan oleh guru. Hal
ini akan menyebabkan siswa mempersiapkan diri untuk menjawab pertanyaan atau
soal-soal yang diajukan.
c) Guru tidak perlu memberikan soal atau pertanyaan
yang lama penyelesaiannya pada kegiatan ini. Sebaliknya siswa mengerjakan satu
atau dua soal, dan kemudian guru memberikan umpan balik.
c. Kegiatan Kelompok
1) Pada hari pertama
kegiatan kelompok STAD, guru sebaiknya menjelaskan apa yang dimaksud bekerja
dalam kelompok, yaitu:
a)
Siswa mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman dalam kelompoknya
telah mempelajari materi dalam lembar kegiatan yang diberikan oleh guru.
b) Tidak seorang pun
siswa selesai belajar sebelum semua anggota kelompok menguasai pelajaran.
c) Mintalah bantuan
kepada teman satu kelompok apabila seorang anggota kelompok mengalami kesulitan
dalam memahami materi sebelum meminta bantuan kepada guru.
d) Dalam satu kelompok
harus saling berbicara sopan.
2) Guru dapat mendorong siswa dengan
menambahkan peraturan- peraturan lain sesuai kesepakatan bersama. Selanjutnya
kegiatan yang dilakukan guru adalah:
a) Guru meminta siswa
berkelompok dengan teman sekelompoknya.
b) Guru memberikan
lembar kegiatan (lembar diskusi) beserta lembar jawabannya.
c) Guru menyarankan
siswa agar bekerja secara berpasangan atau dengan seluruh anggota kelompok
tergantung pada tujuan yang dipelajarinya. Jika mereka mengerjakan soal-soal
maka setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan selanjutnya mencocokkan
jawabannya dengan teman sekelompoknya. Jika ada seorang teman yang belum
memahami, teman sekelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskan.
d) Tekankanlah bahwa
lembar kegiatan (lembar diskusi) untuk diisi dan dipelajari. Dengan demikian
setiap siswa mempunyai lembar jawaban untuk diperiksa oleh teman sekelompoknya.
3) Guru melakukan
pengawasan kepada setiap kelompok selama siswa bekerja dalam kelompok. Sesekali
guru mendekati kelompok untuk mendengarkan bagaimana anggota kelompok
berdiskusi.
d. Kuis atau Tes
Setelah siswa bekerja dalam kelompok selama kurang
lebih dua kali penyajian, guru memberikan kuis atau tes individual. Setiap
siswa menerima satu lembar kuis. Waktu yang disediakan guru untuk kuis adalah
setengah sampai satu jam pelajaran. Hasil dari kuis itu kemudian diberi skor
dan akan disumbangkan sebagai skor kelompok.
e. Penghargaan Kelompok
1) Menghitung skor
individu dan kelompok
Setelah diadakan kuis, guru menghitung skor
perkembangan individu dan skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh
setiap individu. Skor perkembangan ditentukan berdasarkan skor awal siswa.
2) Menghargai hasil
belajar kelompok
Setelah guru menghitung skor perkembangan
individu dan skor kelompok, guru mengumumkan kelompok yang memperoleh poin
peningkatan tertinggi. Setelah itu guru memberi penghargaan kepada kelompok
tersebut yang berupa sertifikat atau berupa pujian. Untuk pemberian penghargaan
ini tergantung dari kreativitas guru.
f. Mengembalikan kumpulan kuis yang pertama
Guru mengembalikan kumpulan kuis pertama
kepada siswa
Kebaikan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif tipe STAD
Kebaikan dan Kelemahan Model Pembelajaran
Kooperatif Metode STADSetiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan
kekurangan, begitu juga dengancooperative learning. Menurut Slavin dalam
Hartati (1997:21)cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
Kelebihan:
a. Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes
yang dibuat guru maupun tes baku.
b. Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa merasa
lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
c. Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang
berkesan pada hubungan interpersonal di antara anggota kelompok yang berbeda
etnis.
Keuntungan jangka panjang yang dapat
dipetik dari pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004:115-116) adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial.
b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai
sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya
nilai-nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri
sendiri dan egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat
berkelanjutan hingga masa dewasa.
g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada
sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan
situasi dari berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide
orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal
ataucacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Sedangkan keuntungan model pembelajaran
kooperatif metode STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai
berikut :
a. Model pembelajaran kooperatif membantu siswa
mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
b.
Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai
rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya.
c.
Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar
mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk
kepentingan bersama-sama.
d.
Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi
menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.
e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan
memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
f. Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu
untuk menambah ilmu pengetahuan.
g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru
untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama
Menurut Slavin dalam
Hartati (1997 : 21) cooperative learning mempunyai kekurangan sebagai berikut:
a. Apabila guru terlena tidak mengingatkan
siswa agar selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam
kelompok maka dinamika kelompok akan tampak macet.
b. Apabila jumlah
kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka
seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi
dan apabila kelompok lebih dari lima maka kemungkinan ada yang tidak
mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas.
c. Apabila ketua
kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul secara konstruktif,
maka kerja kelompok akan kurang efektif.
Selain di atas, kelemahan-kelemahan lain
yang mungkin terjadi menurut Soewarso (1998:23) adalah bahwa pembelajaran
kooperatif bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang
timbul dalam kelompok kecil, adanya suatu ketergantungan, menyebabkan siswa
yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri. Dan juga
pembelajaran kooperatif memerlukan waktu yang lama sehingga target mencapai
kurikulum tidak dapat dipenuhi, tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara
cepat, serta penilaian terhadap individu dan kelompok dan pemberian hadiah
menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas
bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran
kooperatif metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk
membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar
informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi.
Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe LT (Learning Together)
Slavin (2008)
mengungkapkan bahwa David dan Roger Johnson dari
Universitas Minnesota mengembangkan model Learning Together dari pembelajaran
kooperatif (Jhonson and Jhonson 1987; Jhonson dan Jhonson & Smith, 1991).
Model yang mereka
teliti melibatkan siswa yang dibagi dalam kelompok yang terdiri atas empat atau
lima siswa dengan latar belakang berbeda mengerjakan lembar tugas.
Kelompok-kelompok ini menerima satu lembar tugas, menerima pujian dan
penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Model ini menekankan pada empat
unsur yakni :
(1) Interaksi tatap muka
: para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok yang beranggotakan empat sampai
lima siswa.
(2) Interdependensi
positif : para siswa bekerja bersama untuk mencapai tujuan kelompok.
(3) Tanggung jawab
individual : para siswa harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual
telah menguasai materinya.
(4) Kemampuan-kemampuan
interpersonal dan kelompok kecil : para siswa diajari mengenai sarana-sarana
yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka
bekerja dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam hal ini
penggunaan kelompok pembelajaran heterogen dan penekanan terhadap
interdependensi positif, serta tanggung jawab individual metode-metode Johnson
ini sama dengan STAD. Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan
kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan
penilaian tim ketimbang pemberian sertifikat atau bentuk rekognisi lainnya
(Slavin,2008).
Pada pembelajaran
kooperatif tipe LT setiap kelompok diharapkan bisa membangun dan menilai
sendiri kinerja kelompok mereka. Masing-masing kelompok harus bisa
memperlihatkan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang kompak baik dalam hal
diskusi maupun dalam hal mengerjakan soal, setiap anggota kelompok harus
bertanggung jawab atas hasil yang mereka peroleh. Jika hasil tersebut belum
maksimal atau lebih rendah dari kelompok lain maka mereka harus meningkatkan
kinerja kelompoknya.
·
Setting Kelas
Mengatur tempat duduk siswa, dimana 1
kelompok terdiri dari 5 siswa. Siswa dapat berdiskusi dengan berhadap-hadpan
dengan anggtota kelompok. Tempat duduk siswa diletakkan berhadap-hadapan.
·
Sintaks Model
Pembelajaran LT (Learning Together)
(1) Guru
menyajikan pelajaran.
(2) Membentuk
kelompok yang anggotanya 4 sampai 5 siswa secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain).
(3)
Masing-masing kelompok menerima lembar tugas untuk bahan diskusi dan
menyelesaikannya.
(4) Beberapa
kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.
(5) Pemberian
pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok.
Bentuk penghargaan yang diberikan
kepada kelompok didasarkan pada pembelajaran individual semua anggota kelompok,
sehingga dapat meningkatkan pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada
hasil yang dikeluarkan (Slavin, 2008).
Kelebihan model
pembelajaran Learning Together
- Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran karena selalu diberi bahan diskusi oleh guru.
- Meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok dengan prinsip belajar bersama (learning together).
- Siswa dilatih untuk berani dan percaya diri karena harus tampil mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
- Guru tidak terlalu lelah dan sibuk karena hanya berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar.
- Siswa lebih kreatif karena pembelajarannya menggunakan pendekatan salingtemas yaitu keterkaitan antara teknologi, sains, lingkungan, dan masyarakat.
Kekurangan/kelemahan
model pembelajaran Learning Together
- Hanya cocok diterapkan di kelas tinggi karena lebih didominasi kegiatan diskusi dan presentasi.
- Memakan waktu cukup lama dan sedikit membosankan.
- Tidak bisa melihat kemampuan tiap-tiap siswa karena mereka bekerja dalam kelompok.
Penghargaan yang diberikan kepada kelompok
dalam model pembelajaran Learning Together didasarkan pada
pembelajaran individual semua anggota kelompok, sehingga dapat meningkatkan
pencapaian siswa dan memiliki pengaruh positif pada hasil yang dikeluarkan
(Slavin, 2008).
.C. Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
investigation (GI)
·
Pengertian Group investigation
Model Group investigation seringkali disebut
sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan
oleh metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan
pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar
kooperatif.
Berdasarkan
pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group
investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat
secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan
sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic
teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi,
yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan
kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik (Budimansyah, 2007:
7).
Group
investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong siswa dalam
keterlibatan belajar. Metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok (group
process skills). Hasil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap
anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan
intelektual siswa dibandingkan belajar secara individual.
Eggen &
Kauchak (dalam Maimunah, 2005: 21) mengemukakan Group investigation adalah
strategi belajar kooperatif yeng menempatkan siswa ke dalam kelompok untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat
disimpulkan
bahwa metode GI mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap
suatu topik atau objek khusus.
·
Ciri-Ciri Model
Group Investigation
Model
pembelajaran Group Investigation
merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:
1.
Pembelajaran kooperatif
dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif
dalam pembelajaran.
2.
pembelajaran yang
dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa dalam
kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan
berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami
suatu pokok bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.
3.
pembelajaran kooperatif
dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas
saling terlihat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik
tersebut.
4.
adanya motivasi yang
mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai
tahap akhir pembelajaran.
5.
pembelajaran kooperatif
dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif,
kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa
untuk memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi
dengan teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.
·
Langkah-langkah model
pembelajaran Group Investigation
Sharan (dalam Supandi, 2005: 6)
mengemukakaan langkah-langkah pembelajaran pada model pemelajaran GI sebagai
berikut.
- Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen.
- Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan.
- Guru memanggil ketua-ketuaa kelompok untuk memanggil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya.
- Masing-masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya.
- Setelah selesai, masing-masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya.
- Kelompok lain dapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya.
- Guru memberikan penjelasan singkat (klarifikasi) bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan.
- Evaluasi
·
Kelebihan
Model Group Investigation
Di dalam
pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group investigation juga mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni
sebagai berikut:
Setiawan
(2006:9) mendeskripsikan
beberapa kelebihan dari pembelajaran GI, yaitu sebagai berikut:
1)
Secara Pribadi
Ø Dalam proses
belajarnya dapat bekerja secara bebas
Ø Memberi
semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif
Ø Rasa percaya
diri dapat lebih meningkat
Ø Dapat belajar
untuk memecahkan, menangani suatu masalah
Ø Mengembangkan
antusiasme dan rasa pada fisik
2) Secara Sosial
a)meningkatkan belajar bekerja sama
Ø Belajar
berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun guru
Ø Belajar
berkomunikasi yang baik secara sistematis
Ø Belajar
menghargai pendapat orang lain
Ø Meningkatkan
partisipasi dalam membuat suatu keputusan
3)
Secara Akademis
Ø Siswa terlatih
untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang
diberikan
Ø Bekerja secara
sistematis
Ø Mengembangkan
dan melatih keterampilan fisika dalam berbagai bidang
Ø Merencanakan
dan mengorganisasikan pekerjaannya
Ø Mengecek
kebenaran jawaban yang mereka buat
Ø Selalu berfikir
tentang cara atau strategi yang digunakan
sehingga didapat suatu kesimpulan yang berlaku umum.
·
Kelemahan
Model Group Investigation
Model Pembelajaran Group
Investigation selain memiliki kelebihan juga terdapat beberapa
kekurangannya, yaitu:
a) Sedikitnya materi yang tersampaikan
pada satu kali pertemuan
b) Sulitnya memberikan penilaian secara
personal
c) Tidak semua topik cocok dengan model
pembelajaran GI, model pembelajaran GI cocok untuk diterapkan pada suatu topik
yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari pengalaman yang dialami
sendiri
d) Diskusi kelompok biasanya berjalan
kurang efektif
e) Siswa yang tidak tuntas memahami
materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan,
2006:9).
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
TGT adalah
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang berbeda.
Menurut
Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu :
tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams),
permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team
recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a) Siswa
Bekerja Dalam Kelompok- Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku
atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan
dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan
lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.
Hal ini menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar
secara kooperatif sangat menyenangkan.
b) Games
Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing
merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya,
masing-masing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen
ditempati 5 sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang
berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap
peserta homogen. Permainan ini dimulai dengan memberitahuakan aturan permainan.
Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain.
(kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci
tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan
sebagai berikut. Pertama,setiap pemain dalam tiap meja menentukan dahulu
pembaca soal dan pemain pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang
undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada
pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang
diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu
untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya
yang akan ditanggapai oleh penantang searah jarum jam.setelah itu pembaca soal
akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab
benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan
saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal
habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap
peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan
penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa
setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang,
dan pembaca soal.
c) Penghargaan
kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok
adalah menghitung rerata skor kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas
rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang
diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang
diperoleh
·
KOMPONEN
UTAMA DALAM TGT
Terdapat 5 komponen utama dalam
TGT, yaitu :
1. Penyajian
kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membentu siswa bekerja lebih baik pada
saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor
kelompok.
2. Kelompok
(team)
Kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa tau etnik. Fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan
lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan lebih
baik dan optimal pada saat game
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang di dapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan
game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa
yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya
dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen.
Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan dalam satu meja I, tiga siswa
selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5. Team
Recognize (penghargaan kekompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan
mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi criteria yang
ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila
rata-ratanya 30-40.
·
KELEMAHAN
DAN KELEBIHAN TGT
Metode
pembelajaran kooperatif Team Games Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Menurut Suarjana (2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan
kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain :
1)
Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2)
Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3)
Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4)
Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5)
Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6)
Motivasi belajar lebih tinggi
7)
Hasil belajar lebih baik
8)
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Sedangkan kelemahan TGT adalah:
1)
Bagi guru
Ø Sulitnya
pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang
kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
Ø Waktu yang
dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas
secara menyeluruh
2)
Bagi siswa
Ø Masih adanya
siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah
membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar
dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI)
Kooperatif
Team Assisted Individualization (TAI), merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memberi kesempatan kepada siswaa untuk bekerja sama dengan
sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif
dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok.
Pembelajran kooperatif team assisted individualization,
merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok atau tim. Karena dalam
bekerja sama sabagai usaha untuk menyelesaikan masalah, memberi dorongan untuk
maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai makhluk sosial sudah
selayaknya untuk saling tolong menolong.
Dalam model pembelajaran team assisted individualization,
siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 6 siswa) yang
heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi
siswa yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana
bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik,
dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong
teman lain untuk bekeja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.
Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang
setara. Hal itu mengingat pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok
sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu
temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat
mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan
terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut.
Tujuan model pembelajaran kooperatif
team assisted individualization adalah:
1. Meminimalkan keterlibatan guru dalam
pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
2. Guru setidaknya akan menghabiskan separuh
waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.
3. Para siswa akan termotivasi untuk
mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat.
4. Para siswa dapat melakukan
pengecekan satu sama lain.
Penyusunan
Kelompok pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Kelompok heterogen digunakan dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization atau Team Accelerated Instruction) karena beberapa
alasan, yaitu :
- Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar melalui tutor sebaya (peer tutoring) dan saling mendukung
- Kelompok heterogen meningkatkan hubungan dan interaksi antar siswa walaupun berbeda ras, agama, etnik, dan gender
- Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena pada setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus, dengan demikian secara tidak langsung guru mendapatkan asisten-asistem mengajar untuk siswa-siswa lain yang berada di dalam kelompok yang sama. Kunci model pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Team Assisted Individualization adalah penerapan bimbingan antar teman.
Langkah-Langkah (Tahapan) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Model
pembelajaran tipe TAI ini memiliki 8 tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu :
1)
Placement Test
Pada
langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test)
kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian
atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat
mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
2) Teams
merupakan
langkah yang cukup penting dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TAI.
Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang
terdiri dari 4 - 5 siswa.
3)
Teaching
Group
Guru memberikan materi secara singkat
menjelang pemberian tugas kelompok.
4)
Student Creative
Pada
langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa
keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
5) Team Study
Pada
tahapan team study siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari
LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga memberikan
bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu
siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut
yang berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
6) Fact test
Guru
memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya
dengan memberikan kuis, dsb..
7) Team Score dan Team Recognition
Selanjutnya
guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar”
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut
mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.
8)
Whole-Class
Units
Langkah
terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru kembali diakhir bab dengan
strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.

Model pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization memberi keuntungan baik pada guru, siswa
kelompok atas maupun kelompok bawah yang bekerja bersama menyelesaikan
tugas-tugas akademik, yaitu:
- Siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.
- Siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami materi pelajaran.
- Tidak ada persaingan antar siswa karena siswa saling bekerjasama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara berpikir yang berbeda
- Siswa tidak hanya mengharap bantuan dari guru, tetapi siswa juga termotivasi untuk belajar cepat dan akurat pada seluruh materi
- Guru setidaknya hanya menggunakan setengah dari waktu mengajarnya sehingga akan lebih mudah dalam pemberian bantuan secara individu.
- siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya.
- adanya tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahannya.
- siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.

Adapun kelemahan dari
pembelajaran tipe TAI adalah:
§ tidak
ada persaingan antar kelompok.
§ siswa
yang lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai.
Unsur-unsur
yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization (Robert E.
Slavin: 1995) adalah sebagai berikut:
a)
Team (kelompok)
Peserta didik dikelompokkan
dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan
kemampuan yang berbeda.
b)
Tes Penempatan
Peserta didik diberi pre tes
di awal pertemuan, kemudian peserta didik ditempatkan sesuai dengan nilai yang
didapatkan dalam tes, sehingga didapatkan anggota yang heterogen (memiliki
kemampuan berbeda) dalam kelompok.
Langkah-langkah Pembelajaran:
1.
Diawali dengan pengenalan konsep
oleh guru dalam mengajar secara kelompok (diskusi singkat) dan memberikan
langkah-langkah cara menyelesaikan masalah atau soal.
2.
Pemberian tes keterampilan yang
terdiri dari 10 soal.
3.
Pemberian tes formatif yang
terdiri dari dua paket soal, tes formatif A dan tes formatif B, masing-masing
terdiri dari 8 soal.
4.
Pemberian tes keseluruhan yang
terdiri dari 10 soal.
5.
Pembahasan untuk tes keterampilan,
tes formatif, dan tes keseluruhan.
Ø Belajar Kelompok
Berdasarkan tes penempatan,
guru mengajarkan pelajaran pertama,kemudian peserta didik bekerja pada kelompok
mereka masing masing. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.
Peserta didik berpasangan atau
bertiga dengan anggota kelompok mereka.
b.
Peserta didik diberi Lembar Kerja
Siswa (LKS) pembelajaran yang disiapkan guru untuk diskusi sebagai pemahaman
konsep materi yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan bertanya
pada teman sekelompok atau guru untuk minta bantuan jika mengalami kesulitan.
Selanjutnya dimulai dengan tes pertama yaitu tes keterampilan.
c.
Masing-masing peserta didik dengan
kemampuannya sendiri mengerjakan 3 soal tes keterampilan yang pertama, bila
sudah selesai, peserta didik boleh melanjutkan 3 soal berikutnya. Begitu sudah
selesai baru melanjutkan 4 soal terakhir. Peserta didik yang mengalami
kesulitan bisa meminta bantuan pada teman sekelompoknya sebelum meminta bantuan
guru.
d.
Apabila sudah bisa menyelesaikan
soal tes keterampilan dengan benar, peserta didik bisa melanjutkan mengerjakan
tes formatif A yang terdiri dari 8 soal. Dalam tes ini peserta didik juga bekerja
sendiri-sendiri dulu sampai selesai. Jika peserta didik dapat mengerjakan 6
soal dengan benar, maka peserta didik tersebut bisa mengambil soal tes
keseluruhan. Jika peserta didik tidak bisamenjawab 6 soal dengan benar, guru
merespon dan menampung semua masalah yang dimiliki peserta didik. Guru boleh
menyuruh peserta didik untuk bekerja kembali pada nomor-nomor soal tes
keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A. Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes formatif dengan kelompoknya.
keterampilan dan kemudian mengambil soal tes formatif B, yaitu 8 soal kedua yang isi dan tingkat kesulitannya sebanding dengan tes formatif A. Selanjutnya peserta didik boleh melanjutkan ke tes keseluruhan. Peserta didik tidak boleh mengambil soal tes keseluruhan sebelum dia bisa menyelesaikan tes formatif dengan kelompoknya.
e.
Peserta didik kemudian mengikuti tes
keseluruhan. Tes ini merupakan tes terakhir dalam model pembelajaran kooperatif
Team Assisted Individualization (TAI), yang terdiri dari 10 soal. Di sini
peserta didik juga bekerja secara individu dulu sampai selesai. Setelah selesai
baru bisa berdiskusi dengan kelompoknya. Setelah tes keseluruhan ini selesai
kemudian dilakukan pembahasan dan penilaian bersama antara guru dan peserta
didik.
f.
Penilaian kelompok
Pada akhir pertemuan, guru menghitung nilai
dari masing-masing kelompok. Nilai ini berdasarkan pada jumlah rata-rata dari
anggota masing-masing kelompok dan ketelitian dari tes keseluruhan. Kriteria
pemberian predikat berdasarkan kemampuan kelompok. Kelompok dengan kemampuan
bagus diberi predikat Super Team, kelompok dengan kemampuan sedang diberi
predikat Great Team, kelompok dengan kemampuan kurang diberi predikat Good
Team. Pemberian predikat ini bertujuan untuk memotivasi dan member semangat
kepada masing-masing kelompokagar pada pada pembelajaran selanjutnya mau
berusaha untuk melakukan yang lebih baik lagi.
g.
Mengajar kelompok
Setiap pertemuan guru mengajar 10 sampai 15
menit untuk dua atau tiga kelompok yang mempunyai nilai yang sama. Guru
menggunakan konsep belajar yang diprogramkan atau direncanakan sebelumnya.
Tujuannya adalah untuk memperkenalkan konsep utama pada peserta didik.
Pembelajaran dibuat untuk membantu peserta didik agar mengerti dan memahami
hubungan antara matematika yang mereka pelajari dengan masalah kehidupan nyata.
Ketika guru sedang mengajar dalam suatu kelompok, peserta didik lain
melanjutkan bekerja dalam kelompok mereka sendiri dengan kemampuan individu
masing-masing.
v Manfaat Model Pembelajaran
Kooperatif Team Assisted Individualization Adalah:
1. Kesulitan yang dialami siswa dapat
dipecahkan bersama dengan ketua kelompok serta bimbingan guru.
2. Siswa yang memiliki kekurangan
secara akademis di bantu oleh siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih.
3. Tejadi interaksi sosial antar
kelompok, dengan adanya keja sama tiap anggota kelompok siswa dapat
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.
4. Pembelajaran team assisted
individualization, membuat para siswa mengejakan sebagian tugasnya sehingga
meringankan beban guru.
F.
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model
pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif yang
bertujuan mengurangi konflik antar siswa, merangsang kegiatan belajar yang
lebih baik, meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan kepuasan pengalaman
belajar. Teknik jigsaw pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970 oleh
Elliot Aronson dan mahasiswa-mahasiswanya di University of Texas dan University
of California. Sejak saat itu, ratusan sekolah telah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dengan sukses.
Strategi
jigsaw adalah startegi pembelajaran kooperatif yang telah tercatat selama lebih
dari tiga puluh tahun berhasil mengurangi konflik rasial dan meningkatkan hasil
pendidikan secara positif di Amerika. Pada strategi ini, setiap siswa memegang
peran penting untuk penyelesaian tugas dan pemahaman pembelajaran. Oleh karena
semua siswa memiliki peran penting inilah yang membuat strategi model
pembelajaran kooperatif ini menjadi sangat efektif.
Dalam
model pembelajaran jigsaw
ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan
mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasii, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya.
Kunci tipe
Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk
mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

1. meningkatkan
hasil belajar
2. meningkatkan
daya ingat
3. menumbuhkan
motivasi intrinsik
4. meningkatkan
sikap positif siswa terhadap sekolah
5. meningkatkan
sikap positif siswa terhadap guru
6. meningkatkan
perilaku penyesuaian sosial
7. meningkatkan
keterampilan bergotong royong.

Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran dengan Model Pembelajaran tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Membentuk kelompok heterogen yang
beranggotakan 4 – 6 orang
2. Tiap orang dalam kelompok diberi sub
topik yang berbeda.
3. Setiap kelompok membaca dan
mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan
bergabung dalam kelompok ahli.
4. Anggota ahli dari masing-masing
kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan
sesuai dengan banyaknya kelompok.
5. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan
dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.
6. Setelah memahami materi, kelompok
ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan
materi kepada rekan kelompoknya.
7. Tiap
kelompok memperesentasikan hasil diskusi.
8. Guru memberikan tes individual pada
akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.
9. Siswa mengerjakan tes individual
atau kelompok yang mencakup semua topik.
10. Penutup

Bila dibandingkan dengan metode
pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan
yaitu:
·
Mendorong
siswa untuk lebih aktif di kelas, kreatif dalam berfikir serta bertanggungjawab
terhadap proses belajar yang dilakukannya.
·
Mendorong
siswa untuk berfikir kritis dan dinamis.
·
Memberi
kesempatan setiap siswa untuk menerapkan dan mengembangkan ide yang dimiliki
untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok
belajar yang telah dibentuk oleh guru.
·
Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja, tetapi
semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
·
Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
·
Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
·
Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
Beberapa hal yang bisa menjadi
kelemahan aplikasi model ini di lapangan, yaitu:
§ Prinsip utama pembelajaran ini
adalah ‘peer teaching’, pembelajran
oleh teman sendiri, ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam
memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain.
§ Rekod siswa tentang nilai,
kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh
waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut.
§ Butuh waktu yang cukup dan persiapan
yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
§ Proses belajar mengajar (PBM)
membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain.
§ Bagi guru metode ini memerlukan
kemampuan lebih karena setiap kelompok
membutuhkan penanganan yang berbeda.
§ Aplikasi metode ini pada kelas yang
lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.
Diskusi
dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Pengelompokan dilakukan terlebih
dahulu, mengurutkan kemampuan belajar siswa dalam kelas.
b. Sebelum tim ahli, misalnya ahli
materi pertama kembali ke kelompok
asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi
yang menjadi tugass mereka.
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan
yaitu :
a) Siswa yang aktif akan lebih
mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi. Untuk
mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya
diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih
dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila
tidak mengerti.
b) Siswa yang memiliki kemampuan
membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi
apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam
menjelaskan materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
c) Siswa yang cerdas cenderung merasa
bosan. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas
yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya
diskusi.
d) Siswa yang tidak terbiasa
berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.
v Manfaat
Model Pembelajaran Kooperatif
Jigsaw:
jigsaw adalah cara yang sangat
efisien untuk mempelajari materi pelajaran. Proses jigsaw juga mendorong siswa
untuk mendengarkan, terlibat aktif, dan berempati dengan memberikan kesempatan
kepada setiap anggota kelompok sebagai bagian penting dalam kegiatan akademik.
Anggota kelompok harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mencapai tujuan
bersama, setiap orang tergantung pada orang lain. Tidak ada siswa dapat
berhasil sepenuhnya kecuali semua orang bekerja dengan baik bersama-sama
sebagai sebuah tim. Jigsaw adalah bentuk kerjasama yang didesain untuk
memfasilitasi interaksi antar semua siswa di kelas, membimbing mereka untuk
menghargai satu sama lain sebagai kontributor untuk tugas bersama mereka.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1 Tujuan Model Pembelajaran TAI:
·
Meminimalkan
keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.
·
Guru
setidaknya akan menghabiskan separuh waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok
kecil.
·
Para
siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan
cepat dan akurat.
·
Para
siswa dapat melakukan pengecekan satu sama lain.
3.2 Teori
yang melandasi pembelajaran kooperatif tipe TAI
Teori
yang melandasi pembelajaran kooperatif TAI adalah teori belajar
konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar
adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentranspormasikan
informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan
merevisinya bila perlu ( Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15) dalam Rusman
( 2011: 201). Menurut Slavin ( 2007), pembelajaran kooperatif menggalakkan
siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Ini membolehkan
pertukaran ide sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan
falsafah konstruktivisme. Dengan demikian pendidikan hendaknya mampu
mengondisikan, dan memberikan dorongan untuk dapat mengoptimalkan dan
membangkitkan potensi siswa, menumbukan aktivitas dan daya cipta ( kreativitas
), sehingga akan menjamin terjadinya dinamika di dalam proses pembelajaran.
Pembelajran kooperatif team assisted
individualization, merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok
atau tim. Karena dalam bekerja sama sabagai usaha untuk menyelesaikan masalah,
memberi dorongan untuk maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai
makhluk sosial sudah selayaknya untuk saling tolong menolong.
3.3 Setting Kelas
Guru memberikan
pree test untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Setelah guru
mengetahui kemampuan masing-masing siswa, guru membagi kelompok secara
heterogen. Siswa berkumpul dengan kelompoknya membentuk sebuah lingkaran,
antara anggota satu dengan yang lainnya saling berhadap-hadapan.
3.4 Sintaks
pembelajaran TAI:
9)
Placement Test
Pada
langkah ini guru memberikan tes awal (pre-test)
kepada siswa. Cara ini bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian
atau nilai pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat
mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu.
10) Teams
merupakan
langkah yang cukup penting dalam penerapan model pembelajaran kooperatif TAI.
Pada tahap ini guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat heterogen yang
terdiri dari 4 - 5 siswa.
11) Teaching Group
Guru memberikan materi secara singkat
menjelang pemberian tugas kelompok.
12) Student
Creative
Pada
langkah ketiga, guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi bahwa
keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.
13) Team Study
Pada
tahapan team study siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas dari
LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Pada tahapan ini guru juga memberikan
bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan dibantu
siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di dalam kelompok tersebut yang
berperan sebagai peer tutoring (tutor sebaya).
14) Fact test
Guru
memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa, misalnya
dengan memberikan kuis, dsb..
15) Team Score dan Team Recognition
Selanjutnya
guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan “gelar”
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. Misalnya dengan menyebut
mereka sebagai “kelompok OK”, kelompok LUAR BIASA”, dan sebagainya.
16) Whole-Class Units
Langkah
terakhir, guru menyajikan kembali materi oleh guru kembali diakhir bab dengan
strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.
3.5 Contoh
Pembelajaran IPA Menggunakan Model TAI
Guru membagi
kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 orang. Guru menyampaikan materi
metamorfosis dan metagenesis secara singkat. Sebelum menyampaikan tugas
kelompok. Guru menyampaikan bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh
kelompok.
Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok. Individu yang
tidak mampu dibantu dengan siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis lebih
didalam kelompok tersebut yang berperan sebagai peer tutoring
(tutor sebaya).
Dari belajar
kelompok tersebut, guru memberikan kuis. Selanjutnya guru memberikan skor pada
hasil kerja kelompok dan juga memberikan penghargaan. Langkah terakhir guru
menyampaikan kembali materi yang telah diberikan pada tugas kelompok dan
mengevaluasinya.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembelajaran TAI
(Team Assisted Individualization ) termasuk teori belajar kontruktivisme.
Pembentukan kelompok pada model pembelajaran ini secara heterogen. Pembelajran kooperatif team assisted individualization,
merupakan model pembelajaran individual dibantu kelompok atau tim. Karena dalam
bekerja sama sabagai usaha untuk menyelesaikan masalah, memberi dorongan untuk
maju dan menanamkan pada siswa bahwa kita sebagai makhluk sosial sudah
selayaknya untuk saling tolong menolong.
DAFTAR
PUSTAKA
·
·
karwapi
(2012)
manfaat-dan-keterbatasan-model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning
(Tersedia) [online] http://.wordpress.com
·
Ibrahim,
Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
·
www.jigsaw.org
http://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-cooperative-learning-30599.html
http://www.readwritethink.org/professional-development/strategy-guides/using-jigsaw-cooperative-learning-30599.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar